NYEPI DAN KEDAMAIAN HATI…
Tujuan agama Hindu yang dirumuskan sejak Weda mulai diwahyukan adalah Moksartham Jagadhitaya ca iti Dharma, yang artinya bahwa agama (dharma) bertujuan untuk mencapai kebahagiaan rohani dan kesejahteraan hidup jasmani atau kebahagiaan secara lahir dan bathin. Tujuan ini secara rinci disebutkan di dalam Catur Purusa Artha, yaitu empat tujuan hidup manusia, Dharma, Artha, Kama, dan Moksa.
Dharma berarti kebenaran dan kebajikan, yang menuntun umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan. Artha adalah benda-benda atau materi yang dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan hidup manusia. Kama artinya hawa nafsu, keinginan yang juga berarti kesenangan. Sedangkan Moksa berarti kebahagiaan yang tertinggi atau pelepasan. Didalam memenuhi segala nafsu dan keinginan harus berdasarkan atas kebajikan dan kebenaran yang dapat menuntun setiap manusia di dalam mencapai kebahagiaan.
Hari raya Nyepi yang jatuh pada tanggal 11 Maret 2005 nanti, merupakan hari untuk melakukan intropeksi diri bagi umat Hindu. Sehari-hari mau tidak mau raga kita menuntut untuk tidur malam barang sejenak agar pagi harinya kita bisa bangun dan bekerja dengan penuh vitalitas. Bayangkan hidup tanpa istirahat dan intropeksi diri, tanpa kendali, maka auslah raga dalam sekejap. Keselarasan hubungan antara manusia dengan sang pencipta, antar sesama, dan manusia dengan lingkungan harus senantiasa dijaga yang dalam ajaran Hindu dikenal dengan Tri Hita Karana.
Tahun Baru Saka
Hari raya Nyepi bagi umat Hindu adalah peringatan atau perayaan tahun baru saka, tahun yang ditetapkan oleh maharaja Kaniska I dari dinasti Kusana, pada hari Minggu bulan purnama tanggal 21 Maret tahun 79 Masehi, 78 tahun setelah tahun Masehi, sebagai tahun nasional kerajaan. Penggunaan tahun Saka tertua di Indonesia yang dikenal pula dengan nama Dvaipantara atau Nusantara tercatat dalam prasasti Talang Tua dari dinasti Srivijaya yang dikeluarkan oleh maharaja Jayanaga dalam rangka pembangunan taman Sriksetra.
Tahun Saka tertua yang menggunakan perhitungan Candra Sangkala termuat dalam prasasti Canggal Jawa Tengah dalam kalimat sruti-indriya-rasa, yakni tahun Saka 654 atau tahun 732 Masehi yang dikeluarkan oleh maharaja Sri Sanjaya sebagai Vamsakarta. Kemudian perayaan Nyepi yang dikenal pula dalam perayaan Chaitra atau Chaitra Amawasya sangat meriah dilaksanakan setiap tahunnya di Keraton Majapahit.
Pada zaman Majapahit, Tahun Saka benar-benar telah eksis menjadi kalender kerajaan. Di Kerajaan Majapahit pada setiap bulan Caitra (Maret), Tahun Saka diperingati dengan upacara keagamaan. Di alun-alun Majapahit, berkumpul seluruh kepala desa, prajurit, para sarjana, Pendeta Siwa, Budha dan Sri Baginda Raja. Topik yang dibahas dalam pertemuan itu adalah tentang peningkatan moral masyarakat.
Nilai-nilai dari merayakan Tahun Saka adalah kita memperoleh suatu nilai kesadaran dan toleransi yang selalu dibutuhkan umat manusia di dunia, baik sekarang maupun pada masa yang akan datang. Umat Hindu dalam zaman modern sekarang adalah seperti berenang di lautan perbedaan. Persamaan dan perbedaan merupakan kodrat. Persamaan dan perbedaan pada zaman modern tampak semakin eksis dan bukan merupakan sesuatu yang negatif. Persamaan dan perbedaan akan selalu positif apabila manusia dapat memberikan proporsi dengan akal dan budi yang sehat.
Catur Brata Penyepian
Memaknai hari raya keagamaan hendaknya tidak berhenti pada perayaan, tetapi seyogianya berupaya memahami makna di balik hari raya. Dari situ diharapkan umat dapat memetik makna untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan utama brata penyepian adalah untuk menguasai diri, menuju kesucian hidup agar dapat melaksanakan dharma sebaik-baiknya menuju keseimbangan dharma, artha, kama dan moksha.
Perbaikan diri menuju hal-hal yang positif hendaknya memaknai sebagai hasil perenungan untuk dilaksanakan. Menoleh kebelakang mungkin salah satu jalan untuk dapat melihat hal-hal yang telah dilalui. Apakah ada pikiran, perkataan, dan perbuatan yang tidak atau kurang sesuai dengan norma-norma agama maupun masyarakat ketika melewati jalan kehidupan tersebut. Brata penyepian yang lebih dikenal dengan catur brata penyepian terdiri dari Amati geni (tidak menyalakan api, baik api dalam diri / marah maupun api di luar diri, Amati karya (tidak melakukan perbuatan fisik / bekerja), menyepikan indria, Amati lalungaan (tidak bepergian, umat Hindu tinggal di rumah untuk melakukan aktivitas rohani), Amati lalanguan (tidak mencari hiburan/bersenang-senang).
Umat Hindu yang sudah terbiasa melakukan brata ini bisa meningkatkan bratanya dengan melaksanakan mona brata (brata diam) dan upawasa (tidak makan dan minum) selama 24 jam.
Sehari setelah pelaksanaan tapa, brata, yoga, dan samadhi, umat Hindu melaksanakan hari Ngembak geni yang mengandung makna mengakhiri aktivitas spritual untuk memulai kehidupan baru. Pada hari raya Nyepi umat Hindu tidak melakukan kegiatan-kegiatan duniawi, tetapi dengan Ngembak geni umat Hindu melaksanakan dharmasanti guna mempererat tali kekeluargaan dan persaudaraan.
***
Nyepi adalah hari yang mengingatkan kita bahwa di manapun kita berada seharusnya masyarakat di sekelling merasa ajeg, tentram dan damai karena kita berprinsip ahimsa (tidak menyakiti). Marilah kita sambut Nyepi dengan antusias, percaya diri. Tapa waspada terhadap berbagai fenomena di sekitar kita, kebodohan, kebatilan, ketamakan, dalam melakukan kehidupan bernegara, berbangsa, dan bernegara.
Tahun yang telah berlalu harus diperbarui dalam segala aspek. Kotoran dan segala perbuatan negatif harus dihilangkan. Penghayatan yang selalu harus diperbarui pada tahun baru ini. Akhirnya Semoga Hyang Widhi selalu memberikan kedamaian dan kebahagiaan kepada kita semua …Om sarve bhavantu sukhinah, sarve santu niramayah, sarve badrani pasyantu, ma kascid duhkha bhag bhaved..Artinya: Ya Hyang Widhi, semoga semua memperoleh kebahagiaan, semoga semuanya memperoleh kedamaian, semoga semuanya memperoleh kebajikan dan saling pengertian, dan semoga semuanya terbebas dari penderitaan. Selamat hari raya Nyepi tahun saka 1927.
Telah terbit di Radar Lampung 2005
Dharma berarti kebenaran dan kebajikan, yang menuntun umat manusia untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan. Artha adalah benda-benda atau materi yang dapat memenuhi atau memuaskan kebutuhan hidup manusia. Kama artinya hawa nafsu, keinginan yang juga berarti kesenangan. Sedangkan Moksa berarti kebahagiaan yang tertinggi atau pelepasan. Didalam memenuhi segala nafsu dan keinginan harus berdasarkan atas kebajikan dan kebenaran yang dapat menuntun setiap manusia di dalam mencapai kebahagiaan.
Hari raya Nyepi yang jatuh pada tanggal 11 Maret 2005 nanti, merupakan hari untuk melakukan intropeksi diri bagi umat Hindu. Sehari-hari mau tidak mau raga kita menuntut untuk tidur malam barang sejenak agar pagi harinya kita bisa bangun dan bekerja dengan penuh vitalitas. Bayangkan hidup tanpa istirahat dan intropeksi diri, tanpa kendali, maka auslah raga dalam sekejap. Keselarasan hubungan antara manusia dengan sang pencipta, antar sesama, dan manusia dengan lingkungan harus senantiasa dijaga yang dalam ajaran Hindu dikenal dengan Tri Hita Karana.
Tahun Baru Saka
Hari raya Nyepi bagi umat Hindu adalah peringatan atau perayaan tahun baru saka, tahun yang ditetapkan oleh maharaja Kaniska I dari dinasti Kusana, pada hari Minggu bulan purnama tanggal 21 Maret tahun 79 Masehi, 78 tahun setelah tahun Masehi, sebagai tahun nasional kerajaan. Penggunaan tahun Saka tertua di Indonesia yang dikenal pula dengan nama Dvaipantara atau Nusantara tercatat dalam prasasti Talang Tua dari dinasti Srivijaya yang dikeluarkan oleh maharaja Jayanaga dalam rangka pembangunan taman Sriksetra.
Tahun Saka tertua yang menggunakan perhitungan Candra Sangkala termuat dalam prasasti Canggal Jawa Tengah dalam kalimat sruti-indriya-rasa, yakni tahun Saka 654 atau tahun 732 Masehi yang dikeluarkan oleh maharaja Sri Sanjaya sebagai Vamsakarta. Kemudian perayaan Nyepi yang dikenal pula dalam perayaan Chaitra atau Chaitra Amawasya sangat meriah dilaksanakan setiap tahunnya di Keraton Majapahit.
Pada zaman Majapahit, Tahun Saka benar-benar telah eksis menjadi kalender kerajaan. Di Kerajaan Majapahit pada setiap bulan Caitra (Maret), Tahun Saka diperingati dengan upacara keagamaan. Di alun-alun Majapahit, berkumpul seluruh kepala desa, prajurit, para sarjana, Pendeta Siwa, Budha dan Sri Baginda Raja. Topik yang dibahas dalam pertemuan itu adalah tentang peningkatan moral masyarakat.
Nilai-nilai dari merayakan Tahun Saka adalah kita memperoleh suatu nilai kesadaran dan toleransi yang selalu dibutuhkan umat manusia di dunia, baik sekarang maupun pada masa yang akan datang. Umat Hindu dalam zaman modern sekarang adalah seperti berenang di lautan perbedaan. Persamaan dan perbedaan merupakan kodrat. Persamaan dan perbedaan pada zaman modern tampak semakin eksis dan bukan merupakan sesuatu yang negatif. Persamaan dan perbedaan akan selalu positif apabila manusia dapat memberikan proporsi dengan akal dan budi yang sehat.
Catur Brata Penyepian
Memaknai hari raya keagamaan hendaknya tidak berhenti pada perayaan, tetapi seyogianya berupaya memahami makna di balik hari raya. Dari situ diharapkan umat dapat memetik makna untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan utama brata penyepian adalah untuk menguasai diri, menuju kesucian hidup agar dapat melaksanakan dharma sebaik-baiknya menuju keseimbangan dharma, artha, kama dan moksha.
Perbaikan diri menuju hal-hal yang positif hendaknya memaknai sebagai hasil perenungan untuk dilaksanakan. Menoleh kebelakang mungkin salah satu jalan untuk dapat melihat hal-hal yang telah dilalui. Apakah ada pikiran, perkataan, dan perbuatan yang tidak atau kurang sesuai dengan norma-norma agama maupun masyarakat ketika melewati jalan kehidupan tersebut. Brata penyepian yang lebih dikenal dengan catur brata penyepian terdiri dari Amati geni (tidak menyalakan api, baik api dalam diri / marah maupun api di luar diri, Amati karya (tidak melakukan perbuatan fisik / bekerja), menyepikan indria, Amati lalungaan (tidak bepergian, umat Hindu tinggal di rumah untuk melakukan aktivitas rohani), Amati lalanguan (tidak mencari hiburan/bersenang-senang).
Umat Hindu yang sudah terbiasa melakukan brata ini bisa meningkatkan bratanya dengan melaksanakan mona brata (brata diam) dan upawasa (tidak makan dan minum) selama 24 jam.
Sehari setelah pelaksanaan tapa, brata, yoga, dan samadhi, umat Hindu melaksanakan hari Ngembak geni yang mengandung makna mengakhiri aktivitas spritual untuk memulai kehidupan baru. Pada hari raya Nyepi umat Hindu tidak melakukan kegiatan-kegiatan duniawi, tetapi dengan Ngembak geni umat Hindu melaksanakan dharmasanti guna mempererat tali kekeluargaan dan persaudaraan.
***
Nyepi adalah hari yang mengingatkan kita bahwa di manapun kita berada seharusnya masyarakat di sekelling merasa ajeg, tentram dan damai karena kita berprinsip ahimsa (tidak menyakiti). Marilah kita sambut Nyepi dengan antusias, percaya diri. Tapa waspada terhadap berbagai fenomena di sekitar kita, kebodohan, kebatilan, ketamakan, dalam melakukan kehidupan bernegara, berbangsa, dan bernegara.
Tahun yang telah berlalu harus diperbarui dalam segala aspek. Kotoran dan segala perbuatan negatif harus dihilangkan. Penghayatan yang selalu harus diperbarui pada tahun baru ini. Akhirnya Semoga Hyang Widhi selalu memberikan kedamaian dan kebahagiaan kepada kita semua …Om sarve bhavantu sukhinah, sarve santu niramayah, sarve badrani pasyantu, ma kascid duhkha bhag bhaved..Artinya: Ya Hyang Widhi, semoga semua memperoleh kebahagiaan, semoga semuanya memperoleh kedamaian, semoga semuanya memperoleh kebajikan dan saling pengertian, dan semoga semuanya terbebas dari penderitaan. Selamat hari raya Nyepi tahun saka 1927.
Telah terbit di Radar Lampung 2005