wayansudane.net

November 16, 2007

Presiden: Terus Hidupkan Semangat Sumpah Pemuda

Jakarta | Jurnal Nasional | Senin, 29 Okt 2007

PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono menyerukan agar semangat Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 terus dihidupkan. "Mari kita hidupkan kembali Sumpah Pemuda agar pemuda dan Bangsa Indonesia unggul, menang dalam era globalisasi menuju masa depan yang sejahtera lahir dan batin," ujar Presiden SBY saat mencanangkan Gerakan Nasional Jantung Sehat Remaja, di Tennis Indoor Senayan, Gelora Bung Karno, Jakarta, kemarin (28/10).

Presiden juga mengingatkan bahwa 79 tahun lalu, tepatnya 28 Oktober 1928, bangsa Indonesia melalui pemuda telah berikrar, bertekad untuk menjadi bangsa yang satu yaitu Bangsa Indonesia, bertanah air satu, tanah air Indonesia, dan berbahasa satu, bahasa Indonesia.

Dalam acara yang dihadiri ribuan remaja jantung sehat itu, Presiden SBY mengajukan empat pertanyaan kepada pemuda Indonesia yang hadir di acara tersebut. "Apakah kalian bangga menjadi pemuda dan remaja indonesia? Apakah kalian ingin menjadi genrasi muda yang maju? Apakah kalian ingin berhasil dalam pendidikan? Apakah kalian ingin menjadi pemuda dan pemudi yang tidak kalah dengan bangsa lain?" tanya Presiden.

Secara terpisah, sejumlah pentolan aktivis pemuda mengeluarkan Maklumat terkait dengan peringatan Sumpah Pemuda. Dalam maklumatnya, para aktivis gerakan itu memandang perlu dibangun politik persatuan pemuda, percepatan alih generasi kepemimpinan politik untuk pemuda, lawan neo-liberalisme dan feodalisme untuk keadilan sosial bangsa.

Maklumat yang dinyatakan Herry Ariyanto Azzumi (Ketua Umum PB PMII), Goklas Nababan (Ketua PP GMKI), Wayan Sudane (Ketua KMHDI), Eko Nugroho Raharjo (Ketua PP Hikmah Budhi, Fajar Zulkarnaen (Ketua PB HMI) Dedy Rachmadi (Ketua Presidium GMNI), Tommy Jematu (Ketua Presidium PP PMKRI) dan Amiruddin (Ketua DPP IMM) itu menegaskan, pentingnya pemuda Indonesia mewarisi api Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.

Herry Ariyanto Azzumi mengatakan, maklumat itu menyatakan bahwa sumpah pemuda itu menjadi prinsip pokok perjuangan ke arah pembentukan negara bangsa. Garis politik persatuan yang tercermin dari sumpah pada hakikatnya adalah sebuah kesadaran bersama atas situasi tata kehidupan berwatak kapitalistik serta belitan feodalisme yang menghambat kemajuan.

Saat ini, sumpah pemuda makin menemukan relevansinya. Belum hilangnya struktur penghisapan kapitalisme yang hadir dalam setiap agenda-agenda pembangunan bercorak neoliberal, pembatasan peran negara dalam mengatur sistem investasi, eksploitasi sumberdaya alam serta pengadaan barang dan jasa publik oleh korporasi global, terbukti menyebabkan ketimpangan struktur sosial di mana jurang kaum melarat dengan kaum berpunya semakin lebar.

Negara yang seharusnya menjadi pelindung segenap tumpah darah rakyatnya, lemah tak berdaya menghadapi desakan-desakan agenda global.
Situasi di atas diperparah dengan lemahnya kepemimpinan politik saat ini. Lambannya alih generasi dalam kepemimpinan, lahir dari tata hubungan sosial bercorak feodalistik.

"Keengganan memberikan kesempatan serta tidak sepenuh hatinya para generasi terdahulu dalam mendorong akselerasi berkembangnya tunas-tunas bangsa adalah bagian dari ekspresi feodalisme saat ini. Keterlibatan pemuda dalam pengambilan keputusan strategis dalam konteks arah perubahan bangsa masih dalam posisi pinggiran alias pelengkap sekaligus pemanis dari proses yang berdampak panjang itu," tegasnya kepada Jurnal Nasional kemarin.

Menurut Herry, situasi inilah yang sejalan dengan fase sumpah pemuda 1928 ketika tata kehidupan bercorak neoliberal yang penuh penghisapan dari luar serta feodalisme akut dari dalam, masih menjadi hambatan besar bagi kemajuan bangsa.

"Berangkat dari sutiasi objektif di atas, maka kami para pemuda Indonesia menyampaikan makloemat. Kami bertekad untuk membangun semangat baru, semangat politik persatuan, mempercepat alih kepemimpinan, kepemimpinan ditangan pemuda dan meretas struktur sosial baru, struktur sosial anti neoliberalisme dan feodalisme," tegas Herry.

M. Yamin Panca Setia

No comments: