Perayaan Turunnya Ilmu Pengetahuan dan Memaknai Pendidikan

Hari raya Saraswati merupakan hari raya untuk memberikan ucapan syukur atas diturunkannya ilmu pengetahuan. Disamping itu untuk memohon agar kita senantiasa diberikan ilmu pengetahuan dalam kehidupan seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Hari raya ini dirayakan setiap sabtu (Saniscara) umanis wuku watugunung. Dirayakan sebagai hari pawedalan Hyang Aji Saraswati setiap 210 hari (enam bulan sekali).
Tahun ini hari raya Saraswati dirayakan pada hari ini (14/4). Hari ini umat Hindu melakukan upacara untuk ilmu pengetahuan terutama sastra-sastra weda. Tidak itu saja, hari raya ini pun memiliki rangkaian. Seperti esok harinya, umat Hindu melakukan banyu pinaruh, yaitu pembersihan pikiran dengan ilmu pengetahuan suci. Biasanya umat Hindu pergi ke sumber air terdekat seperti laut, danau. Diharapkan dengan perayaan tersebut, umat memperoleh pikiran yang baik untuk mencapai kebijaksanaan guna mengimplementasikan pengetahuan (jnana). Dalam tulisan ini penulis tidak menjelaskan lebih dalam tentang filosofis dari Dewi Saraswati tersebut.
Dalam kaitannya dengan ilmu modern sekarang, tentu diperlukan keselarasan antara IQ (Intelligent Quotient), EQ (Emotional Quotient), SQ (Spiritual Quotient). Intelektual harus diikuti dengan emosional yang baik. Begitu juga keduanya harus diikuti dengan SQ yang baik pula. Perayaan turunnya ilmu pengetahuan ini tentu untuk mencapai sinergis ketiga kecerdasan tersebut melalui pendidikan.
Dengan kecerdasan tersebut diyakini ilmu pengetahuan akan dapat diimplementasikan dalam kehidupan secara baik. Pendidikan sebagai salah satu upaya untuk membentuk ketiga kecerdasan tersebut. Pendidikan merupakan upaya pembebasan untuk melakukan kesadaran. Paulo Fiere, tokoh pendidikan asal Brazil menyampaikan dalam bukunya Pedagogy of the Oppressed tentang kesadaran. Ia membaginya menjadi tiga.
Kesadaran pertama adalah kesadaran naif. Pada kesadaran ini orang menyadari bahwa segala yang terjadi adalah akibat perbuatannya. Kalau pun pengetahuannya masih rendah, ini disebabkan karena dirinya sendiri, misalnya karena malas untuk belajar atau pun rasa ingin tahunya yang kurang. Kesadaran kedua adalah kesadaran magis. Kesadaran ini lebih bermakna filosofis, dimana segala sesuatunya sudah dikaitkan dengan Sang Pencipta. Kesadaran ini tentu mengarahkan kita agar selalu ingat dengan kebesaran dan anugerah Tuhan.
Kesadaran lainnya menurut Paulo Fiere adalah kesadaran kritis. Kesadaran ini berusaha untuk mencari penyebab dan akibat dari terjadinya sesuatu. Orang yang memiliki kesadaran ini akan berusaha melakukan analisis terhadap peristiwa tertentu. Dengan ketiga kesadaran tersebut tentu erat hubungannya dengan pendidikan. Dengan sadarnya setiap individu dan warga akan diikuti untuk kerja-kerja nyata membangun bangsanya. Artinya pendidikan dan pengetahuan memegang peran penting.
Dalam konteks kebangsaan, kini memang banyak permasalahan-permasalahan pendidikan yang harus didialogkan. Karena pendidikan merupakan tonggak untuk membangun bangsa ini. Pendidikan sebagai kawah candradimuka para anak bangsa melalui sekolah hingga perguruan tinggi. Kasus-kasus IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri) misalnya, memang membutuhkan perbaikan manajamen. Begitu juga dengan ujian nasional (UN) dan sertifikasi para guru.
Beberapa hari lalu (8-11 April) juga telah dilaksanakan rembuk nasional pendidikan tahun 2007. Rembug ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan program-program pendidikan setiap provinsi. Program itu akan diselaraskan dengan rencana strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005-2009. Seperti penuntasan wajib belajar, persiapan UN, merancang tahapan dan target implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan dan sebagainya.
Semua perlu implementasi nyata tidak sekedar wacana. Begitu juga dengan perayaan turunya ilmu pengetahuan ini tidak hanya sebatas seremoni belaka. Dengan perayaan hari turunnya ilmu pengetahuan ini, semoga kita sadar bahwa pendidikan dan pengetahuan harus kita implementasikan dengan baik. Semuanya untuk mencapai hubungan yang harmonis dengan Tuhan, keharmonisan antar sesama manusia, dan keharmonisan hubungan dengan alam semesta. Ketiga hubungan ini dalam Hindu dikenal dengan Tri Hita Karana. Semoga kita mampu mencapainya dengan ilmu pengetahuan suci...
Wayan Sudane
Presidium Pimpinan Pusat Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (PP KMHDI)
~~~~~~~ Dimuat di Radar Lampung: Sabtu, 14 April 2007