Pencitraan KMHDI, Perlukah?

Para aktor publik ini terus membangun image yang baik kepada publik. Tentu dengan harapan agar apa yang dilakukan mendapat respon positif dari konstituennya. Tapi tidak semuanya. Ada yang melakukannya dengan tulus dan tanpa pamrih. Selain itu juga, tentu banyak gerakan-gerakan yang saling ‘menjatuhkan’ antar pelaku aktor tadi. Jangan heran bila banyak ungkapan ‘tebar pesona’ yang banyak ditulis di media. Inikah politik? Lebihnya lagi politik pencitraan? Bagaimana sebenarnya komunikasi politik yang dilakukan para elite politik untuk para konstituennya?
Terlepas dari itu semua, bagaimana dengan KMHDI? Bagaimana politik pencitraan KMHDI? Bagaimana komunikasi politik KMHDI? Wah serem banget sih! Pake-pake politik segara. Yang jelas KMHDI tengah menjalani proses ini. Kenapa? Karena KMHDI adalah organisasi mahasiswa khususnya Hindu tingkat nasional. KMHDI dengan ideologi dan visi misinya juga tidak lepas dari politik. Politik apa? Ya, kira-kira tidak lepas dari politik nilai maupun politik moral. Bisa dikatakan juga, KMHDI adalah representasi dari mahasiswa Hindu di Indonesia. Bila ya, lantas apa yang telah dilakukan? Banyak, jangan diragukan lagi. Banyak yang telah dilakukan organisasi yang bervisi wadah pemersatu dan alat pendidikan kader mahasiswa Hindu ini.
Mana buktinya? Inilah yang harus dijawab dengan politik pencitraan tadi. Pencitraan seperti apa yang harus dilakukan? Untuk ukuran KMHDI, mungkin internal, anggaplah sudah ‘dipandang’ apalagi di daerah Bali. KMHDI sudah dapat ‘memainkan’ perannya dengan baik, terlepas dari kekurangan yang ada. Namun secara keseluruhan untuk internal Hindu misalnya, sudahkah KMHDI memainkan politik pencitraan ini? Bagaimana dengan pergulatannya di tingkat nasional?
Untuk internal Hindu, ada beberapa media nasional Hindu seperti majalah Raditya, Media Hindu, Sarad, dan sebagainya. Tentu media tersebut memiliki segmen yang berbeda yang telah pernah diulas oleh Sdr. Tude (Ketua Litbang PP KMHDI 2003-2006). Akhir-akhir ini, KMHDI jarang sekali ‘nongol’ di media tersebut. Entah individunya sebagai aktivis KMHDI maupun kegiatan KMHDI-nya. Padahal banyak sekali bahan dan ulasan yang bisa dijadikan tulisan. Disini komunikasi KMHDI kepada publik khususnya umat Hindu mengalami penurunan.
Kenapa harus ditulis? Inilah pencitraan KMHDI kepada publik (baca Marketing KMHDI, ada di CD Antalogi Sastra Digital). Bukan berarti kita harus berjalan dengan diam, yang suatu saat biarlah orang/ publik yang menilai. Ini sangat bijak. Tapi serasa hati ini gregetan bila membaca media-media milik Hindu tersebut. Banyak organisasi yang dengan rutin melakukan pencitraan dengan mengirimkan berita/ artikel maupun advertorialnya pada setiap edisi majalah tersebut. Padahal kalau kita mau jujur, seberapa besarkah organ tersebut.
KMHDI itu besar. Siapa yang memperjuangkan mahasiswa Hindu tingkat nasional? (baca KMHDI dan Politik, dibuku Kader Politik KMHDI). KMHDI-lah yang memegang corong perjuangan ini. Ingat, kita organisasi mahasiswa Hindu, core perjuangan dan dialektika kita ada pada batasan dan ranah mahasiswa dengan idealisnya. Tulisan ini sebagai kritik dan otokritik bagi kita, Pengurus PP KMHDI. Penulis sangat tertarik untuk memperdalam tulisan ini dengan berbagai teori (agar sesuai dengan judulnya). Sekaligus sebagai penggugah bagi kita untuk segera menulis di media. Tentu dengan etika jurnalistik yang ada. Bukankah juga KMHDI mengkader jurnaslitik? Bukankah ini cara komunikasi kepada publik yang efektif? Sekali lagi, kalau ya, mari kita mulai.ws