wayansudane.net

March 9, 2007

Calon Arang

CALON Arang marah. Marah besar. Sebagai perempuan sakti dengan ilmu hitamnya dia leluasa dan sekehendak hati menebar teror ke segala penjuru, wabah-wabah bencana dia tabur di mana-mana.

Ia murka, Diah Ratna Manggali, putrinya, selalu ditolak pria yang semula ingin kawin dengannya.

Janda dari Dirah ini terus menyebar bencana, matanya melotot seperti mau keluar, lidahnya menjulur yang juga seperti tertarik ke luar.

Ia menjelma menjadi Rangda, pengikutnya, leak-leak; Larung, Lende, Weksira, dan Guyang bertaburan membawa wabah-wabah, bencana-bencana itu menyebar, merayap ke berbagai permukaan, memangsa semua manusia, manusia adalah mati.

Ini masa kegelapan atas bentuk sebuah kekecewaan.

Sampai kemudian Prabu Airlangga, Raja Daha, mengutus Mpu Baradah untuk mengatasi sang Rangda. Mpu Baradah mengutus pula Mpu Bahula untuk berpura-pura mengawini Ratna Diah Manggali untuk mengetahui kelemahan Calon Arang, yang sudah membunuh, membabi buta dengan wabah bencananya.

Sekarang, Calon Arang lahir kembali, ia menyebar bencana di mana-mana, leak-leak Larung, Lende, Weksira, dan Guyang diutusnya untuk menyerang darat, laut dan udara di semua sisi dan diri, semua manusia mati di buatnya, nyawa hanyalah omong kosong baginya.

Pesawat yang hilang, kapal-kapal yang tenggelam, kereta-kereta yang terguling dan wabah-wabah baru bermunculan di mana-mana.

Kali ini entah, murkanya karena putrinya yang tak kunjung di pinang, yang pasti sampai kini ratusan bahkan ribuan nyawa sudah tertelan olehnya, dan tak ada Prabu Airlangga apalagi Mpu Baradah dan Mpu Bahula, Calong Arang benar-benar berkuasa sekarang.

Ia tak lagi bisa dikendalikan karena murkanya begitu samar ataukah ia dendam pada manusia. Janda berilmu hitam itu kini tak lagi bisa tertahan oleh apa pun. Kitab Lipyakara yang bisa jadi penangkal pun tak ada.

Entah kapan Calon Arang itu mengakhiri murkanya atau tersandung menemui ajalnya, hingga akhirnya wabah dan bencana ini bisa berhenti dari bertubi-tubi.

Wabah dan bencana terus merayap masuk pori-pori dan ini akan kembali menjadi sebuah periode kegelapan dan pasti akan kembali dan kembali lagi.

Rangda bisa mati.

Dalam Ratu Sakti Calon Arang, Rangda yang lemah menjelang ajalnya hanya berucap menyadarkan setiap orang; untuk mulai sekarang hendaknya kita sebagai umat manusia harus selalu ingat kepada Tuhan pemilik semesta, dia hanya meminta manusia untuk menyembah Tuhan, begitu saja. MEZA SWASTIKA.
www.lampungpost.com