wayansudane.net

July 24, 2007

HARUSKAH SEORANG EKSEKUTIF PERUSAHAAN NGE-BLOGGING?

Oleh : Bob Julius Onggo
(www.bjoconsulting.com)


Pertanyaan di atas adalah salah satu pertanyaan yang sering ditanyakan dan didiskusikan. Lihat saja bagaimana pertanyaan ini muncul dalam diskusi panas di surat kabar New York Times di hari Minggu akhir Juli 2006 khususnya di seksi digital domain. Diskusi tersebut adalah lanjutan dari Konferensi yang bertema “CEO Blogging” yang diadakan di bulan Mei 2005, di New York.

Betul memang tidak sedikit, umumnya CEO pada gaptek tetapi ada juga yang tidak gaptek. Ada CEO yang “extrovert” ada juga yang “introvert”. Ada juga CEO yang suka “nyambi” di luar ; ada juga yang tidak mau karena sudah terlalu kelimpahan secara financial. Dan biasanya CEO yang suka “nyambi” adalah CEO yang berasal dari lini pekerja professional dan bertujuan untuk mengorbitkan nama maupun produk serta organisasi di mana mereka bekerja sebagai “white collar” agar identik ganda melekat antara dirinya dan perusahaannya ; Sedangkan CEO yang tidak “nyambi” adalah karena mereka menjadi besar lewat bisnisnya yang sukses dan “kelimpahan”.

Pro, kontra dan diam menyelimuti perdebatan ini mengingat tidak sedikit CEO telah melakukan blogging seperti CEO Boeing atau Sun Microsystem maupun CEO Apple, namun kenyataannya, mulai dari sutradara kondang, Steven Spielberg hingga CEO Microsoft, Steven Ballmer atau Chairman sekelas Bill Gates tidak blogging (baca: atau mungkin belum), sedangkan ironisnya di tubuh Microsoft terdapat lebih dari 3000 eksekutifnya yang sudah melakukan aktivitas blogging. Dan memang kenyataannya sekarang. Jumlah CEO yang belum atau tidak melakukan blogging dari 500 perusahaan favorit versi majalah Fortune lebih banyak dari pada yang sudah masuk ke blogosphere. Mengapa?

Randall Stross, adalah orang yang sengaja memulai perdebatan lewat topic di atas, namun dia pun tidak mendetail dalam penjelasannya seputar alasan blogging meme. Akan tetapi dia memperjelas mengapa aktivitas blogging dapat memberikan manfaat publisitas bagi para eksekutif sambil mengutip kesuksesan publisitas yang diperoleh CEO SUN, Schwartz hingga julukan seputar CEO blogging.

CEO YG TIDAK SETUJU NGE-BLOGGING

Para eksekutif puncak pada dasarnya cenderung untuk menghindari aktivitas yang dianggap secara umum beresiko tinggi seperti : Sky diving, panjat tebing, balapan motor, dan beberapa dari mereka menganggapnya aktivitas blogging itu beresiko seperti itu.

Pada konferensi “CEO Blogging” di bulan Mei tersebut disinyalir alasannya ada yang bersifat teknis karena adanya peraturan korporat atau keengganan yang bersifat psikis maupun privasi serta alasan sudah sangat puas secara financial dan sudah ingin pensiun dini.

Alasan teknis adalah menyusul adanya peraturan SEC (Securities and Exchange Commission) di bulan Agustus 2000, yang menyatakan bahwa perusahaan yang membeberkan informasi non public kepada lembaga manapun, maka perusahaan tersebut juga harus membeberkan informasi non public tersebut kepada public secara umum.

Kelihatannya masuk akal, tidak mungkin para petinggi perusahaan mau mentransfer informasi kepada khalayak ramai. Eksekutif puncak perusahaan mana yang mau membahayakan posisi mereka yang bergaji tinggi serta kompensasi yang glamour hanya ditukar dengan cuap-cuap lewat blog?

Disamping keribetan yang mereka harus jalani karena masalah corporate commentary yang harus mengalir lewat proses audit. Dicek oleh departemen PR dan disetujui oleh departemen legal agar konsistensi dengan corporate image dapat dipertahankan dan dijamin tidak menyimpang lewat corporate voice selama ini.

Bagi mereka yang masuk ke dunia blogosphere namun tidak memiliki komitmen pun perlu dipertimbangkan seperti yang dilakukan oleh salah satu dari 500 perusahaan favorit versi Majalah Fortune selain perusahaan di sector teknologi, seperti John P. Mackey dari Whole Foods Market Bayangkan bagaimana orang tidak melecehkan karena selama 10 bulan dia masuk ke dunia blog, hanya memiliki 6 posting, dan itu juga hanya berupa hasil wawancara maupun pidato yang di-upload hanya sekali dalam dua bulan. Bukankah ini suatu hal yang tanggung untuk dilakukan? Halnya sama membangun milis atau ezine namun tidak “dirawat” akhirnya mati suri.

CEO YG SETUJU NGE-BLOGGING

Lain CEO lain pula gaya dan pendapatnya. CEO SUN, Jonathan Schwartz, tidak setuju kalau aktivitas blogging disamakan seperti aktivitas olahraga yang berbahaya seperti ditulis di atas. “If You Want to Lead, Blog!,” demikian kata Schwartz, yang dipublikasikan di Harvard Business Review tahun lalu. Bagi Schwartz, “memiliki blog bukanlah masalah pilihan, sama seperti memiliki email”.

Schwartz merasakan banyaknya hal positif yang dia amati dalam bisnis korporatnya. “Pekerjaan No. 1 saya adalah menjadi komunikator,” tuturnya, “Saya tidak mengerti mengapa seorang CEO tidak melakukan blog jika katanya committed untuk berkomunikasi secara transparan dan terbuka.”

Anggaplah seandainya para petinggi puncak siap agar menjadi panutan dan pemikiran mereka yang bijak mudah diteladani dan serta merta dapat diakses seperti halnya Schwartz, media blog menyediakan sarana yang sangat sangat efisien untuk mempublikasikannya, demikian yang dialami oleh Schwartz, lewat blognya dia mudah dijangkau oleh para pemegang saham (shareholders), para pengembang perangkat lunak dan semua klien maupun calon pelanggannya. Lewat posting-nya, maka semuanya dapat dikumpulkan jadi satu dan terciptalah suatu perceived trust.

Debbie Weil misalnya, seorang konsultan blog, berupaya meyakinkan para eksekutif yang bimbang apakah harus blogging atau tidak, dia mengatakan bahwa lewat blogging, mereka akan menghemat waktu dalam waktu yang mereka gunakan untuk berkomunikasi lewat ratusan email setiap harinya. “sebaliknya daripada harus selalu one-to-one, mengapa tidak juga bangun komunikasi one-to-many lewat media blog?”, demikian kilahnya.

Sebenarnya kalau ada CEO yang sungkan atau ragu-ragu untuk melakukan posting lewat media blog, tanyakan kenapa? Tetapi pun tidak ada salahnya melihat 5 kiat praktis untuk memotivasi mereka di URL ini

Jangan terlalu cemas dengan terlalu sedikit atau banyak posting seputar informasi dan kebijakan perusahaan, corporate image dan embel-embel serta emblem korporat lainnya, yang penting konsistensinya dan kejujurannya. Toh lihat saja sekarang ini banyak para eksekutif biasa maupun petinggi perusahaan yang sedang main golf, tidak takut, sungkan atau segan-segan menggunakan topi atau kaus dengan logo perusahaan mereka, ya mereka tidak takut untuk muncul di publik. Jadi apa bedanya dengan aktivitas blogging yang membawa logo korporat mereka, bukan?

No comments: