Ibu
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki, penuh darah... penuh nanah
Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu
***
Serasa menyentuh hati, membalut luka-luka yang membuat kita hampir mati. Lirik lagu Iwan Fals dengan judul Ibu membuat kita tuk merenungkan kasih ibu. Sebuah pengorbanan tiada tara yang diberikan Ibu kepada anak-anaknya. Pengorbanan tulus yang tidak mengharapkan balasan apa pun. Ibu betapa mulianya dirimu.
Udara yang menerpa bumi tak terjangkau oleh pikiran kasat kita. Begitu juga terlukis dalam lirik lagu tersebut. Belaian kasih yang Ibu berikan tak terhingga bagi kita. Pengorbanan yang mulia ini memang harus dikenang sebagai refleksi kita, bangsa, dan negara. Tanggal 22 - 25 Desember 1928, berlangsung suatu peristiwa sebagai tonggak sejarah perjuangan bangsa Indonesia, yaitu Kongres I Perempoean Indonesia yang diselenggarakan di Yogyakarta. Peristiwa ini tentu dengan semangat Sumpah Pemuda yang berlangsung beberapa bulan sebelumnya.
Dari Kongres I tersebut kemudian diadakan Kongres II Perempoean Indonesia tahun 1935 di Jakarta yang mencetuskan bahwa fungsi utama wanita Indonesia adalah sebagai Ibu Bangsa . Adapun kewajibannya adalah menumbuhkan dan mendidik generasi baru yang lebih menyadari dan lebih tebal rasa kebangsaannya. Kongres III Perempoean di Bandung, 22 Desember 1938, ditetapkan sebagai Hari Ibu untuk memperingati diselenggarakannya Kongres Perempoean di Yogyakarta.
Apresiasi dari seorang Ibu ternyata tidak hanya sebatas hubungan dalam keluarga, antara status Ibu dan Anak semata. Lebih dari itu apresiasi Ibu didengungkan dalam konteks kebangsaan. Ibu Bangsa adalah bentuk penghormatan dan tauladan yang menjadi ikon bangsa untuk konteks ke-perempuan-an. Siapa Ibu Bangsa kita…pertanyaan yang akan menjawab sosok panutan seluruh Ibu maupun Anak Bangsa.
Naluri ke-Ibu-an yang melandasi generasi bangsa khususnya perempuan Indonesia masihkah ada. Fenomena-fenomena antiklimak sering kita saksikan di masyarakat dan layar televisi. Dimana peran Ibu menghukum Anaknya, ataupun sebaliknya peran Anak melawan Ibunya. Bahkan sangat kondradiksi dengan budaya daerah dan bangsa Indonesia yang adiluhung. Ibu, Ibu Bangsa, dan Ibu Pertiwi semua adalah Ibu, figur yang melahirkan, membesarkan, mendidikan anak-anaknya, anak bangsa dan negara. Ibu Pertiwi tempat kita berbijak untuk menjunjung harkat dan martabat bangsa.
Enyahkan pikiran dan tindakan negatif terhadap ‘Ibu-ibu’ adalah hal yang harus kita lakukan. Refleksi hari Ibu sebagai bentuk apresiasi kita terhadap Ibu sebaiknya kita mulai dari dalam lubuk hati masing-masing. Ibu, sosok yang tidak semata jasmani nyata seperti Ibu kita. Makna yang sangat luas kita temui dengan kata Ibu. Kasih Ibu sepanjang masa, bagai sang surya menyinari dunia…sudahkan kita membalasnya ?
Ingin kudekat dan menangis di pangkuanmu
Sampai aku tertidur, bagai masa kecil dulu
Lalu doa-doa baluri sekujur tubuhku
Dengan apa membalas...ibu...ibu....
Seperti udara... kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas...ibu...ibu
Siang hari – disudut R 228 RS Harum Jakarta
20 Des 2006